MAKALAH KEPEMIMPINAN
Nama : Nur Kartika SulistyaningrumNIM : 3011030034
Kelas : III.A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan yang efektif sangat dipengaruhi oleh kepribadian pemimpin. Setiap pemimpin perlu memiliki aspek-aspek kepribadian pemimpin dapat menunjang hubungan yang efektif dengan anggota organisasinya. Kesuksesan atau kegagalan suatu organisasi ditentukan oleh banyak hal, yang salah satunya adalah kepemimpinan yang berjalan dalam organisasi tersebut.
Banyak orang yang memiliki pengalaman serta jabatan sebagai pemimpin dalam perusahaan maupun organisasi. Sebagian dari para pemimpin tersebut benar-benar dihormati secara moral sebagai pemimpin, namun sebagian lagi kurang dihormati. Untuk itu, diperlukan etika diri untuk menjadi seorang pemimpin agar terbuka jalan menjadi pemimpin yang baik dan bisa dihormati oleh bawahannya atau anak buahnya.
Ada kalanya mereka yang berada pada posisi sebagai pemimpin lupa, bahwa mereka dianggap berhasil justru pada saat mereka dapat membawa anggota atau anak buah mereka untuk maju, berkembang, mencapai kualitas yang baik. Artinya keberhasilan seorang pemimpin tidak lepas dari anak buah atau anggotanya yang mendukung. Dan sepatutnya seorang pemimpin harus bersikap professional dan bekerja dengan memperhatikan kepentingan bersama dan membangun lingkungannya, bukan hanya diri sendiri.
Untuk itu diperlukan suatu ilmu dan cara untuk menjadi pemimpin yang baik sehingga tercipta kepemimpinan yang efektif dan organisasi yang dipimpin dapat mencapai suatu keberhasilan.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas. Ada permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. Permasalahan tersebut antara lain :
1. Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin
2.Adakah teori-teori untuk menjadi seorang pemimpin yang baik
3.Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani
4.Apa dan bagaimana menjadi pemimpin sejati
5.Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan
1. Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin
2.Adakah teori-teori untuk menjadi seorang pemimpin yang baik
3.Apa dan bagaimana menjadi pemimpin yang melayani
4.Apa dan bagaimana menjadi pemimpin sejati
5.Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengkaji bagaimana menjadi pemimpin yang baik yang dapat membawa keberhasilan bagi organisasi atau perusahaan
2. Untuk melaksanakan tugas kepemimpinan dalam rangka Ujian Tengah Semester dari Bapak Widiyanto Hadi, SE, S.Kom.
1. Untuk mengkaji bagaimana menjadi pemimpin yang baik yang dapat membawa keberhasilan bagi organisasi atau perusahaan
2. Untuk melaksanakan tugas kepemimpinan dalam rangka Ujian Tengah Semester dari Bapak Widiyanto Hadi, SE, S.Kom.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Menjadi Seorang Pemimpin
Ada tiga teori yang menyatakan penyebab seseorang menjadi pemimpjn
1. Teori Genetis (Heredity Theory)
Disebutkan ‘leader are born and not made ‘ seseorang menjadi pemimpin karena ia dilahirkan dengan bakat-bakat kepemimpinan.Secara filosofis pandangan ini tergolong pada pandangan fatalis atau deterministis
2. Teori Sosial
Ini pun teori ekstrim. Inti ajarannya “ leader are made and not born” jadi berlawanan dengan teori genetis bahwa setiap orang bisa menjadi pemimpin bila diberikan pendidikan dan pengalaman yang cukup.
3. Teori Ekologis
Sebagai reaksi dari kedua hal itu bahwa seorang hanya berhasi menjadi pemimpin yang baik bila ia pada waktu kelahirannya memiliki bakat-bakat kepemimpinan, bakat-bakat itu kemudian dikembangkkan melalui pendidikan yang teratur dan pengalaman-pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat yang dimilikinya.
Namun, pada hakikatnya menjadi seorang pemimpin memang semudah memasak ikan kecil. Sangat cepat dan gampang. Kadang seseorang khawatir berbuat salah, sehingga gagal melaksanakan fungsinya. Memang perasaan semacam itu tidak bisa dihilangkan seluruhnya, namun dapat dicegah agar tidak terjadi pada orang lain. Pada hakikatnya sebagai seorang pemimpin, yang penting adalah bertindak tanpa menyakiti atau merugikan orang lain. Sehingga orang yang dipimpin tidak perlu khawatir akan terlukai. Sebaliknya mereka justru akan mencari kesempatan untuk melakukan hal-hal yang benar.
Biasanya, bila kita bertemu dengan kekuatan yang lebih kecil, kita berada pada posisi untuk menpengaruhi mereka. Namun bila kita bertemu dengan kekuatan yang lebih besar maka kita menciptakan kesempatan untuk memperoleh jalan kita. Sehingga bila kita ingin manjadi seorang pemimpin, maka kita harus selalu selalu rendah hati dan mau berbagi pada anak buah kita. Dengan demikian semua orang akan menjadi senang.
Sebagai pemimpin , kita juga tidak boleh memandang remeh orang lain. Kita harus selalu ada dan terbuka bagi semua orang. Kita harus tetap bersikap tenang dan belajar untuk menghargai hidup sehari-hari. Sebagai pemimpin yang baik, kita dituntut untuk memperhatikan detail, mulai dengah hal yang kecil sampai hal yang paling besar. Bila dalam perjalanan kita mendapati sebuah masalah, kita harus memecahkan masalah sampai pada hal yang paling mendasar dan menuntaskan pekerjaan kita sebelum menjadi beban.
Sebagai seorang pemimpin kita juga harus siap menghadapi berbagai tugas-tugas yang sulit. Namun kita harus yakin bahwa dengan persiapan yang matang maka tugas-tugas sesulit apapun dapat diselesaikan dengan mudah. Kita harus yakin bahwa setiap proyek besar selalu memiliki langkah-langkah. Jadi kita harus mencari langkah sederhana itu dan menghindarai cara-cara yang sulit. Sebagai seorang pemimpin kita juga tidak boleh menjanjikan apa yang tidak dapat kita capai. Dan kita juga tidak boleh menyepelekan tugas, karena akan menyulitkan diri sendiri.
2.2 Teori-Teori Menjadi Pemimpin yang Baik
Salah satu kriteria pemimpin yang baik adalah yang dapat diteladani kebaikannya. Pemimpin yang baik minimal harus memiliki karakteristik umum seorang pemimpin. Karakteristik ini lebih sering disebut atribut kepemimpinan. Menurut M.P Garnder (1987), karakteristik kepemimpinan itu sendiri meliputi :
1. Vitalitas fisik dan stamina. Atribut ini sangat penting walaupun kebanyakan tidak dituntut dalam merekrut seorang pemimpin. Dikatakan penting karena ia misalnya, masih harus mampu mengumpulkan orang untuk suatu rapat di malam hari setelah bekerja keras seharian, memimpin perdebatan yang berlangsung selama berjam-jam, kadang-kadang sampai subuh, atau mewakili organisasi dimana-mana
2. Intelegensia. Kepandaian seseorang harus juga mencakup kemampuannya untuk menggabungkan data yang sulit, kompleks dan data yang dipertanyakan denga prakiraan-prakiraan intuitif untuk tiba pada pembuktian bahwa data itu benar. Ia juga harus memiliki kemampuan untuk mengharagai teman sekerjanya, bahkan juga mereka yang menentang kebijaksanaannya.
3. Kemampuan menerima tanggung jawab. Ada orang yang mau menerima jabatan pemimpin, tetapi tidak rela bertanggung jawab atas apa yang diperbuat organisasinya. Untuk mengelak, ia mempersalahkan semua bawahannya , memecat atau mengalihtugaskan mereka, sungguhpun ada di antara tindakan mereka yang didasarkan atas perintah atau kebijaksanaan pemimpin
4. Kompetensi Penugasan. Seorang pemimpin harus mampu melaksankan apa yang ditugaskan kepadanya. Semua jenis pekerjaan, walaupun bukan ia yang mengerjakan, perlu diketahui seluk belukny, situasinya, dan lingkungan tempat pekerjaan itu dilaksanakan. Pendeknya ia perlu mengetahui seluruh system dalam organisasinya, untuk mencegah kemungkinan putusnya komunikasi dan mata rantai perintah. Juga, dimaksudkan untuk mencegah adanya pihak yang ingin mengelabui pemimpin dengan memberikan informasi yang keliru.
5. Memahanai kebutuhan orang lain. Pemimpin perlu mengetahui , memahami dan member perhatian pada kebutuhan, bawahan dan orang-orang yang bekerja disekitarnya, serta pihak-pihak luar yang berkepentingan dengan organisasinya.
6. Terampil berurusan dengan orang . Pokok ini berkaitan dengan inteligensisa dan kemampuan memahami kebutuhan orang lain
7. Ingin berhasil. Pemimpin harus mau memperoleh hasil yang lebih baik. Ia harus tau apa yang hendak dicapai dan berkeinginan untuk mengejar sasaran itu. Kalau ia hanya mau memimpin tetapi tidak tertarik akan hasil usaha yang dikerja, maka ia tidak tepat disebut sebagai pemimpin
8. Kemampuan memotivasi. Memberikan motivasi terhadap bawahan dan orang sekitar merupakan syarat bagi seorang pemimpin. Akan tetapi yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa ia harus memiliki kemampuan untuk itu. Ia mengetahui syarat itu, tetapi tidak mampu melakukannya, maka kepemimpinannya menjadi kurang bermakna. Jadi, ia perlu mengetahui bagaimana menggerakkan orang, memperkuat keyakinan dari bawahan atau pengikutnya,d an berbagai hal lain
9. Keberanian, keteguhan dan ketahanan pribadi. Seorang pemimpin tidak akan berhenti menghadapi berbagai tantangan. Ia tidak boleh berani hanya satu kali, tetapi berkali-kali , sekarang dan seterusnya. Ia harus tabah menerima risiko yang berulang-ulang. Kalah-menang , jalan terus.
10. Kemampuan memenangkan kepercayaan. Tidak begitu mudah membuat orang lain percaya pada sesorang pemimpin, apalagi pemimpin yang baru. Di amerika serikat, seorang calon presiden harus berkampanye berkali-kali , beratur kali menampilkan pribadinya di depan orang banyak, menyampaikan programnya sedemikian rupa untuk mencoba memenangkan kepercayaan dari rakyat Amerika. Akan tampak di situ sejauh mana ia mampu membangun kredibilitasnya sehingga ia dapat memenangkan pemilihan umum. Pemimpin organisasi nonprofit tidak luput dari persyaratan kemampuan untuk memenangkan kepercayaan staffnya, anggota-anggotanya dan dari masyarakat yang mereka layani.
11. Kemampuan untuk memanajemeni, memutuskan dan menetapkan prioritas. Seorang pemimpin mungkin sudah menghafal tugas-tugas itu, bahkan selalu mengucapkannya dalam pidato berbagai kesempatan. Ia berbicara berapi-api mengenai prioritas, pentingnya keputusan dan manajemen, tetapi ia sendiri belum mampu melaksanakannya. Apabila ia menyadari bahwa ia mempunyai kelemahan dalam bidang itu,ia harus belajar, mengikuti berbagai kursus atau pendidikan tambahan
12. Adaptasi dan Fleksibilitas. SEorang pemimpin tidak boleh kakku. Jika ia gagal dalam satu usaha ia harus beralih ke pendekatan lain. Kalau masih gagal, mencoba lagi yang lain.
Seorang pemimpin yang baik juga harus mempunyai sifat-sifat kepemimpinan seperti yang diutarakan oleh Ordway Tead dalam bukunya yang berjudul The Art of Leadership, sifat-sifat kepemimpinan itu meliputi antara lain :
a. Energy
b. Selera memimpin
c. Enthusiasm
d. Ramah tamah
e. Integrate (pemersatu)
f. Kemahiran teknis
g. Sanggup mengambil keputusan, artinya seorang pemimpin diharuskan dapat dan berani mengambil keputusan
h. Intelegensi (cerdik dan cendekia)
i. Kecapakan mengajar
j. Iman yang kuat dalam menghadapi berbagai masalah
Sedangkan menurut Chester L. Barnard, pemimpin yang baik hanya harus memiliki dua hal atau kelebihan. Dua hal itu adalah :
a. Kelebihan atau superioritas teknik di bidang bidang kepemimpinan. Pada kelebihan teknik kepemimpinan tercakup perihal kelebihan sang pemimpin di bidang keterampilan fisik dan teori. Keterampilan fisik dimaksudkan bahwa sang pemimpin mempunyai keahlian di bidang fisik dan ilmu kepemimpinan
b. Kelebihan dalam kebulatan tekat memimpin. Hal ini dimaksudkan bahwa sang pemimpin mempunyai tekat bulat dan kemauan keras untuk memimpin bawahannya demi tercapainya apa yang dituju (goal) dengan sukses
2.3 Pemimpin yang Melayani
Kepimpinan adalah pelayanan bukan kekuasaan. Eka Darmaputera menyumbangkan pemikiran dengan mengatakan bahwa tanpa unsur pelayanan, unsur-unsur kepemimpinan yang lain hanya memungkinkan seseorang menjadi seorang pemimpin yang terampil ( a skilled leader) atau seorang pemimpin yang mampu (a capable leader), tetapi belum dapat memberinya kualifikasi sebagai seoran pemimpin yang sejati ( a true leader).
Pemimpin sejati adalah pemimpin yang punya sikap mental seorang pelayan. Seorang pemimpin dapat menjadi pemimpin yang melayani hanya bila ia menghayati makna perannya sebagi orang yang melayani. Salah satu ciri khas pemimpin yang melayani adalah melakukan komunikasi proaktif dan bersifat dua arah. Dengan demikian ia tidak menghindar dari berbagai masalah atau konflik, dalam pekerjaannya sehari-hari ia akan mendahulukan orang lain. Ia juga membuat orang lain terinspirasi, terdorong , belajar dan mengikuti teladannya. Pendekatannya bukanlah merupakan pendekatan kekuasaan tetapi pendekatan hubungan atau relasional.
Pemimpin itu sendiri pada hakikatnya melayani bukan dilayani. Seorang kepala negara atau kepala pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada hakikatnya adalah seorang pelayan, bahkan pesuruh masyarakat. Karena itu pemimpin tidak boleh sombong.
Pemimpin yang melayani juga berarti pemimpin yang mau bekerja sama bersama rekan-rekan sekerjanya. Ini pula yang disampaikan oleh tokoh leadership, Rpbert K. Greenlead dalam bukunya Servant of Leadership
Kepemimpinan yang melayani terjadi apabila seorang pemimpin berusaha mencapai tujuan organisasi yang dipimpinnya dengan mencoba memberikan memfasilitasi kepentingan para pengikutnya. Ada beberapa karakteristik pemimpin yang melayani :
1. Memfokuskan diri untuk memenuhi kebutuhan orang lain
Keberhasilan sebuah lembaga atau organisasi yang dipimpinnya semata-mata bukan karena kehebatan “Aku Sang Pemimpin”, tapi juga karena rekan kerjanya. Untuk itu pemimpin yang melayani harus mampu melihat kebutuhan orang lain,dalam hal ini adalah para pengikutnya. Ketika kita mampu dan sanggup memenuhi kebutuhan pengikutnya, maka yakinlah semua pengikut akan berjalan sesuai dengan rel yang telah ditentukan, karena di situlah mereka mendapatakan zona kenyamanan kerja
2. Mengembangkan potensi pengikutnya
Pemimpin yang baik memiliki karakteristik yang mampu melihat akan talenta dan potensi yang dimilkiki oleh pengikutnya. Sebuah kapal dapat berlabuh di tengah lautan yang luas bukan hanya karena angin yang membawanya atau cuaca baik yang melingkupinya , tapi dari kerja keras awak kapal. Yang kesemuanya memiliki berbagai keahlian dari mulai nahkoda hingga penjaga bara atau mesin penggerak kapal tersebut. Demikian juga dalam sebuah organisasi/lembaga. Organisasi/lembaga yang bagus pastilah memiliki orang-orang yang hebat. Nah , di situlah tugas pemimpin, mampukah mengembangkan potensi yang ada, baik potensi diri sebagai leader, maupun potensi pengikutnya. Berikan kesempatan untuk setiap pengikut mengembangkan potensi yang ada. Bukan otokrasi pada mereka. Bukan Ke- Akuan yang ada tetapi memberikan pendapat dan kesempatan untuk berkembang.
3. Membimbing dan motivasi
Membimbing dan memberikan motivasi itu yang seharusnya berulang bagi seorang leader pada setiap pengikutnya, Ada 4P untuk menjadikan kita sukses dan berhasil. Personal, Push, Process dan Product. Personal atau individu adalah unsure utama orang menjadi sukses, berikutnya adalah push atau dorongan. Dorongan dapat terjadi atau diberikan dari mana saja. Satu di antaranya adalah bimbingan dan motivasi dari orang lain. Dalam hal ini adalah leadernya. Inilah yang akhirnya berproses pada diri sendiri sehingga menghasilkan produk yang memuaskan. Hampir setiap minggu saya selalu memberikan bimbingan dan motivasi pada guru-guru baik lewat sms maupun lewat e-mail.
4. Memfasilitasi pendewasaan diri dan perkembangan pribadi untuk rekan kerja
Sebagai seorang leader kita harus siap dengan pengetahuan yang satu-dua langkah ke depan lebih jauh daripada pengikutnya. Di situlah visi dan misi pribadi harus ada dan berani ditampilkan di depan para pengikutnya. Artinya, kita harus mampu memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih sebagai pendewasaan diri dan perkembangan pribadi, yang mampu dijadikan contoh dan model bagi pengikutnya. Saya setiap bulannya selalu membeli minimal satu buku dan saya harus membacanya, lalu setelah buku itu selesai say abaca, saya akan letakkan di lemari buku yang berada di ruang guru dengan asumsi rekan-rekan guru dapat juga membacanya untuk bersama-sama mengembangkan pribadi masing-masing untuk menjadi good leader.
5. Pendengar yang baik
Sejauh mana kita sebagai pemimpin mampu meluangkan waktu memahami dan mendengarkan. Itulah ada dua hal yang luar biasa. Stephen Covey dalam habit ke-5nya mengatakan bahwa mendengarkan secara tulus adalah mendengarkan dengan mata, hati dan telingamu.Artinya, pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu menjadi bukan hanya Cuma mendengar tetapi juga memahami apa yang didengarkan. Selamilah lawan si pembicara dengan seksama, dan cobalah bersikap seperti cermin. Kalau kita mengibaratkan seperti cermin artinya kita mampu menempatkan diri kita bak ubahnya si pembicara. Kita merasakan saat mendengarkan lawan bicara kita, itulah perasaan kita
6. Membangun sikap kekeluargaan
Pemimpin yang melayani harus memiliki karakteristik untuk membangun sikap kekeluargaan. Semua permasalah dapat diselesaikan dengan baik bukan berlaku sikap yang dibentuk terhadap atasan dan bawahan. Tapi menciptakan bahwa semua adalah rekan sekerja, semua adalah keluarga. Ibaratnya kita adalah satu tubuh, tidak mungkin jari akan mengatakan saya lebih penting, atau jantung berkata : tanpa aku maka tubuh tidak dapat berbuat apa-apa, atau kaki akan mengatakan : tanpa aku maka apa artinya tubuh ini. Semua bagian tubuh adalah satu, itulah yang namanya keluarga. Banyak yang bisa kita lakukan untuk teman-teman kita, saling memberi, saling menerima, dan saling support satu sama lain.
Itulah enam karakteristik yang harusnya dimiliki oleh seorang pemimpin yang mau melayani. Do something for another people and do the best for others people. Layanilah orang lain sebelum Anda dilayani oleh orang lain. This is a servant leadership.
Esensi modal kepemimpinan yang melayani itu sendiri adalah melayani yang dipimpin, entah itu karyawan, konstituen , pelanggan atau masyarakat luas. Dalam model ini, memimpin pada hakikatnya melayani secara tulus. Robert K. Greenlaf juga menjelaskan bahwa kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perassan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Perasaan tulus yang muncul dari suara hati itulah yang menghadirkan hasrat untuk menjadi pemimpin yang berbasis pada pelayanan.
Kepemimpinan yang melayani juga merupakan salah satu strategi untuk meraih kemenangan. Dengan menerapkan pendekatan Servant Leadership maka pemimpin dapat mengembangkan kekuatan kerjasama tim dan loyalitas pendukung. Pendekatan-pendekatan yang diterapakan dalam Servant Leadership itu sendiri berciri :
1. Menghargai orang lain (value people)
Bisa ditunjukkan dengan cara mempercayai orang lain, melayani kebutuhan orang lain lebih dulu,banyak mendengarkan orang lain. Hal ini bisa ditunjukkan dengan memberi imbalan atau reward bagi bawahannya yang bekerja dengan baik
2. Mengembangkan orang lain(develop people)
Dijelaskan dengan cirri-ciri emmberikan kesempatan pada pengikutnya untuk belajar dan berkembang.
3. Membangun komunitas (build community)
Dicirikan dengan membanguh hubungan personal, jejaring social (social network) yang kuat, berkolaborasi dengan orang lain dan bisa menghargai perbedaan.
4. Menunjukkan otentitas(display authenticity)
Dicirikan dengan punya integritas yang tinggi, terbuka terhadap pendapat dan mau belajar dari saran orang lain serta bertanggung jawab
5. Mendedikasikan kepemimpinan
6. Mendelegasikan kewenangan dan mendistribusikan jabatan(share leadership)
dicirikan dengan mendelagasikan kewenangan dan membagikan kekuasaan atau jabatan serta mempromosikan orang lain.
Pemimpin yang melayani juga berarti pemimpin yang mau bekerja sama bersama rekan-rekan sekerjanya. Ini pula yang disampaikan oleh tokoh leadership, Rpbert K. Greenlead dalam bukunya Servant of Leadership
Kepemimpinan yang melayani terjadi apabila seorang pemimpin berusaha mencapai tujuan organisasi yang dipimpinnya dengan mencoba memberikan memfasilitasi kepentingan para pengikutnya. Ada beberapa karakteristik pemimpin yang melayani :
1. Memfokuskan diri untuk memenuhi kebutuhan orang lain
Keberhasilan sebuah lembaga atau organisasi yang dipimpinnya semata-mata bukan karena kehebatan “Aku Sang Pemimpin”, tapi juga karena rekan kerjanya. Untuk itu pemimpin yang melayani harus mampu melihat kebutuhan orang lain,dalam hal ini adalah para pengikutnya. Ketika kita mampu dan sanggup memenuhi kebutuhan pengikutnya, maka yakinlah semua pengikut akan berjalan sesuai dengan rel yang telah ditentukan, karena di situlah mereka mendapatakan zona kenyamanan kerja
2. Mengembangkan potensi pengikutnya
Pemimpin yang baik memiliki karakteristik yang mampu melihat akan talenta dan potensi yang dimilkiki oleh pengikutnya. Sebuah kapal dapat berlabuh di tengah lautan yang luas bukan hanya karena angin yang membawanya atau cuaca baik yang melingkupinya , tapi dari kerja keras awak kapal. Yang kesemuanya memiliki berbagai keahlian dari mulai nahkoda hingga penjaga bara atau mesin penggerak kapal tersebut. Demikian juga dalam sebuah organisasi/lembaga. Organisasi/lembaga yang bagus pastilah memiliki orang-orang yang hebat. Nah , di situlah tugas pemimpin, mampukah mengembangkan potensi yang ada, baik potensi diri sebagai leader, maupun potensi pengikutnya. Berikan kesempatan untuk setiap pengikut mengembangkan potensi yang ada. Bukan otokrasi pada mereka. Bukan Ke- Akuan yang ada tetapi memberikan pendapat dan kesempatan untuk berkembang.
3. Membimbing dan motivasi
Membimbing dan memberikan motivasi itu yang seharusnya berulang bagi seorang leader pada setiap pengikutnya, Ada 4P untuk menjadikan kita sukses dan berhasil. Personal, Push, Process dan Product. Personal atau individu adalah unsure utama orang menjadi sukses, berikutnya adalah push atau dorongan. Dorongan dapat terjadi atau diberikan dari mana saja. Satu di antaranya adalah bimbingan dan motivasi dari orang lain. Dalam hal ini adalah leadernya. Inilah yang akhirnya berproses pada diri sendiri sehingga menghasilkan produk yang memuaskan. Hampir setiap minggu saya selalu memberikan bimbingan dan motivasi pada guru-guru baik lewat sms maupun lewat e-mail.
4. Memfasilitasi pendewasaan diri dan perkembangan pribadi untuk rekan kerja
Sebagai seorang leader kita harus siap dengan pengetahuan yang satu-dua langkah ke depan lebih jauh daripada pengikutnya. Di situlah visi dan misi pribadi harus ada dan berani ditampilkan di depan para pengikutnya. Artinya, kita harus mampu memiliki pengetahuan dan wawasan yang lebih sebagai pendewasaan diri dan perkembangan pribadi, yang mampu dijadikan contoh dan model bagi pengikutnya. Saya setiap bulannya selalu membeli minimal satu buku dan saya harus membacanya, lalu setelah buku itu selesai say abaca, saya akan letakkan di lemari buku yang berada di ruang guru dengan asumsi rekan-rekan guru dapat juga membacanya untuk bersama-sama mengembangkan pribadi masing-masing untuk menjadi good leader.
5. Pendengar yang baik
Sejauh mana kita sebagai pemimpin mampu meluangkan waktu memahami dan mendengarkan. Itulah ada dua hal yang luar biasa. Stephen Covey dalam habit ke-5nya mengatakan bahwa mendengarkan secara tulus adalah mendengarkan dengan mata, hati dan telingamu.Artinya, pemimpin yang baik adalah mereka yang mampu menjadi bukan hanya Cuma mendengar tetapi juga memahami apa yang didengarkan. Selamilah lawan si pembicara dengan seksama, dan cobalah bersikap seperti cermin. Kalau kita mengibaratkan seperti cermin artinya kita mampu menempatkan diri kita bak ubahnya si pembicara. Kita merasakan saat mendengarkan lawan bicara kita, itulah perasaan kita
6. Membangun sikap kekeluargaan
Pemimpin yang melayani harus memiliki karakteristik untuk membangun sikap kekeluargaan. Semua permasalah dapat diselesaikan dengan baik bukan berlaku sikap yang dibentuk terhadap atasan dan bawahan. Tapi menciptakan bahwa semua adalah rekan sekerja, semua adalah keluarga. Ibaratnya kita adalah satu tubuh, tidak mungkin jari akan mengatakan saya lebih penting, atau jantung berkata : tanpa aku maka tubuh tidak dapat berbuat apa-apa, atau kaki akan mengatakan : tanpa aku maka apa artinya tubuh ini. Semua bagian tubuh adalah satu, itulah yang namanya keluarga. Banyak yang bisa kita lakukan untuk teman-teman kita, saling memberi, saling menerima, dan saling support satu sama lain.
Itulah enam karakteristik yang harusnya dimiliki oleh seorang pemimpin yang mau melayani. Do something for another people and do the best for others people. Layanilah orang lain sebelum Anda dilayani oleh orang lain. This is a servant leadership.
Esensi modal kepemimpinan yang melayani itu sendiri adalah melayani yang dipimpin, entah itu karyawan, konstituen , pelanggan atau masyarakat luas. Dalam model ini, memimpin pada hakikatnya melayani secara tulus. Robert K. Greenlaf juga menjelaskan bahwa kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang berawal dari perassan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Perasaan tulus yang muncul dari suara hati itulah yang menghadirkan hasrat untuk menjadi pemimpin yang berbasis pada pelayanan.
Kepemimpinan yang melayani juga merupakan salah satu strategi untuk meraih kemenangan. Dengan menerapkan pendekatan Servant Leadership maka pemimpin dapat mengembangkan kekuatan kerjasama tim dan loyalitas pendukung. Pendekatan-pendekatan yang diterapakan dalam Servant Leadership itu sendiri berciri :
1. Menghargai orang lain (value people)
Bisa ditunjukkan dengan cara mempercayai orang lain, melayani kebutuhan orang lain lebih dulu,banyak mendengarkan orang lain. Hal ini bisa ditunjukkan dengan memberi imbalan atau reward bagi bawahannya yang bekerja dengan baik
2. Mengembangkan orang lain(develop people)
Dijelaskan dengan cirri-ciri emmberikan kesempatan pada pengikutnya untuk belajar dan berkembang.
3. Membangun komunitas (build community)
Dicirikan dengan membanguh hubungan personal, jejaring social (social network) yang kuat, berkolaborasi dengan orang lain dan bisa menghargai perbedaan.
4. Menunjukkan otentitas(display authenticity)
Dicirikan dengan punya integritas yang tinggi, terbuka terhadap pendapat dan mau belajar dari saran orang lain serta bertanggung jawab
5. Mendedikasikan kepemimpinan
6. Mendelegasikan kewenangan dan mendistribusikan jabatan(share leadership)
dicirikan dengan mendelagasikan kewenangan dan membagikan kekuasaan atau jabatan serta mempromosikan orang lain.
2.4 Menjadi Pemimpin Sejati
Pemimpin yang sejati tetap bisa memimpin dengan atau tanpa jabatan. Seorang yang memiliki jabatan formal yang tinggi, tetapi orang tidak mengenalnya sebagai seorang pemimpin. Ia berada dalam bayang-bayang sosok yang lebih berpengaruh daripada dirinya, yang mendiktekan kebijakan strategi kepadanya. Adakalanya sosok yang tidak punya jabatan lebih berpengaruh dari pemimpin formal. Menurut Sanborn, factor utama dalam kepemimpinan yang pertama adalah pengaruh. Dan untuk mengembangkan pengaruh, tidak mesti punya jabatan. Walaupun orang yang punya jabatan lebih berpeluang untuk mengembangkan pengaruhnya , termasuk melalui paksaan
Kepemimpinan yang sejati tidaklah dianugerahkan oleh jabatan atau terbatas bagi para eksekutif . Kepemimpinan diperlihatkan lewat tindakan kita sehari-hari dan cara kita mempengaruhi kehidupan orang di sekeliling kita. Karakteristik yang dimiliki pemimpin sejati diantaranya :
- Bertindak dengan tujuan, bukannya dihambat oleh aktvitas tanpa konsep
- Peduli dan mau mendengarkan orang lain
- Mencari cara mendorong orang berkontribusi dan berkembang bukannya berfokus pada pencapain pribadi saja
- Menciptakan warisan berupa prestasi dan kontribusi dalam segala bidang yang mereka kerjakan
Pemimpin sejati selalu mengusung komitmen akan kesempurnaan dalam apa pun yang ia kerjakan, baik di atas panggung maupun di balik layar. Kriteria utama pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang mempunyai visi, strategi dan kemampuna untuk menjelmakan visinya menjadi suatu kenyataan. Pemimpin yang sejati juga mendedikasikan energi mereka pada tugas-tugas penting yang dapat memenuhi kebutuhan pengikut mereka,.
Selain itu pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang menjalankan kepemimpinannya dengan tulus, sehingga semua perilakunya dilihat sebagai perilaku autentik yang dapat dipercaya oleh anggota komunitasnya. Pemimpin seperti ini akan menjadi pemimpin yang efektif, kareni dia diakui oleh anggota sebagai panutan yang dapat diandalkan dan dipercaya.
Kepemimpinan yang dijalani dengan tulus biasanya bersifat melayani pengikut. Kepemimpinan yang melayani bersifat transformasional, artinya praktik kepemimpinan itu akan membantu anggota menyadari kelebiah dan keterbatasan dirinya sendiri, mendewasan, dan membangkitkan semangat anggota untuk memunculkan keberdayaannya demi mewujudkan suatu cita-cita bersama. Jadi, kepemimpinan yang ingin anggota komunitasnya dapat berperan sebagai pemimpin di lingkungan masing-masing. Pemimpin bukan hanya perlu menjadi transformasional , melainkan juga perlu menjadi sinergistik dan visioner. Pemimpin perlu menjadi sinergistik, karena pemimpin yang baik juga perlu menyadari bahwa ia hanya dapat mencapai hasil yang maksimal apabila seluruh anggota komunitas kerjanya dapat bekerja sama mewujudkan suatu cita-cita bersama. Pemimipin yang baik bukan hanya orang yang bisa mengajak orang bekerja besamanya, melainkan yang terutama dibutuhkan darinya adalah kemampuannya untuk mengajak anggota yang lain untuk memadukan kapabilitasnya membangun suatu kapabilitas kolektif terpadu yang siap untuk dikerahkan dalam proses penciptaan nilai. Perpaduan yang sinergistik ini dapat dicapai apabila di antara anggota yang bekerja sama ada rasa saling percaya yang tulus
2.5 Hubungan Kearifan Lokal dengan Kepemimpinan
Kearifan lokal adalah sikap, pandangan, dan kemampuan suatu komunitas di dalam mengelola lingkungan rohani dan jasmaninya, yang memberikan kepada komunitas itu daya-tahan dan daya-tumbuh di dalam wilayah di mana komunitas itu berada. Dengan kata lain, kearifan lokal adalah jawaban kreatif terhadap situasi geografis-geopolitis, historis, dan situasional yang bersifat lokal.
Salah satu cara memetakan kearifan lokal dapat dilakukan dengan mengidentifikasi tiga ranah (domain) tempat kearifan lokal itu berlaku. Ranah pertama adalah hubungan antara manusia dengan manusia; kedua, hubungan manusia dengan alam; dan ketiga hubungan manusia dengan Tuhan atau Sang Pencipta.
Contoh-contoh kearifan local yang dimiliki Indonesia yang dapat memperkaya nilai-nilai kepemimpinan kiata adalah
a. Ajaran Ki Hajar Dewantara yang terkenal, yakni: Ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (yang bermakna: yang di depan memberi teladan, yang di tengah memberi semangat, dan yang di belakang memberi dorongan)
b. Ajaran dalam Pustaka Hasta Dasa Parateming Prabu, yang berisi ajaran 18 prinsip kepemimpinan. menurut beberapa sumber prinsip kepemimpinan ini diduga kuat pernah diterapkan oleh Mahapatih Gajah Mada dari Kerajaan Majapahit tempo dulu. 18 prinsip kepemimpinan itu meliputi :
1. ‘Wijaya’. Artinya pemimpin harus mempunyai jiwa tenang, sabar dan bijaksana serta tidak lekas panik dalam menghadapi berbagai macam persoalan. Hanya dengan jiwa yang tenang masalah akan dapat dipecahkan.
2. ‘Mantriwira’; Artinya pemimpin harus berani membela dan menegakkan kebenaran dan keadilan tanpa terpengaruh tekanan dari pihak manapun.
3. ‘Natangguan’; Artinya pemimpin harus mendapat kepercayaan dari masyarakat dan berusaha menjaga kepercayaan yang diberikan tersebut sebagai tanggung jawab dan kehormatan.
4. ‘Satya Bhakti Prabhu’; Pemimpin harus memiliki loyalitas kepada kepentingan yang lebih tinggi dan bertindak dengan penuh kesetiaan demi nusa dan bangsa.
5. ‘Wagmiwak’; Pemimpin harus mempunyai kemampuan mengutarakan pendapatnya, pandai berbicara dengan tutur kata yang tertib dan sopan serta mampu menggugah semangat masyarakatnya.
6. ‘Wicaksaneng Naya’; Artinya pemimpin harus pandai berdiplomasi dan pandai mengatur strategi dan siasat.
7. ‘Sarjawa Upasama’; Artinya seorang pemimpin harus rendah hati, tidak boleh sombong, congkak, mentang-mentang jadi pemimpin dan tidak sok berkuasa.
8. ‘Dhirotsaha’ ; Artinya pemimpin harus rajin dan tekun bekerja, memusatkan rasa, cipta, karsa dan karyanya untuk mengabdi kepada kepentingan umum
9. ‘Tan Satrsna’; Maksudnya seorang pemimpin tidak boleh pilih kasih terhadap salah satu golongan, tetapi harus mampu mengatasi segala paham golongan, sehingga dengan demikian akan mampu mempersatukan seluruh potensi masyarakatnya untuk menyukseskan cita-cita bersama.
10. ‘Masihi Samasta Bhuwana’; Maksudnya seorang pemimpin mencintai alam semesta dengan melestarikan lingkungan hidup sebagai karunia Tuhan dan mengelola sumber daya alam dengan sebaik-baiknya demi kesejahteraan rakyat.
11. ‘Sih Samasta Bhuwana’; Maksudnya seorang pemimpin dicintai oleh segenap lapisan masyarakat dan sebaliknya pemimpin mencintai rakyatnya.
12. ‘Negara Gineng Pratijna’; Maksudnya seorang pemimpin senantiasa mengutamakan kepentingan negara dari pada kepentingan pribadi ataupun golongan, maupun keluarganya.
13. ‘Dibyacitta’ ; Maksudnya seorang pemimpin harus lapang dada dan bersedia menerima pendapat orang lain atau bawahannya (akomodatif dan aspiratif).
14. ‘Sumantri’ ; Maksudnya seorang pemimpin harus tegas, jujur, bersih dan berwibawa.
15. ‘Nayaken Musuh’; Maksudnya dapat menguasai musuh-musuh, baik yang datang dari dalam maupun dari luar, termasuk juga yang ada di dalam dirinya sendiri.
16. ‘Ambek Parama Artha’; Maksudnya pemimpin harus pandai menentukan prioritas atau mengutamakan hal-hal yang lebih penting bagi kesejahteraan dan kepentingan umum.
17. ‘Waspada Purwa Artha’; pemimpin selalu waspada dan mau melakukan mawas diri (introspeksi) untuk melakukan perbaikan.
18. ‘Prasaja’: Artinya seorang pemimpin supaya berpola hidup sederhana (Aparigraha), tidak berfoya-foya atau serba gemerlap.
c. Ajaran dalam Serat Wedhatama, yang ditulis oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV (1811-1881). Inti dari ini adalah bahwa untuk memiliki martabat di tengah kehidupan, orang harus mampu meraih tiga hal, yakni: kedudukan (wirya), kekayaan (arta), dan kepandaian (winasis). Konon, Mangkunegara IV merumuskan nilai-nilai ini berdasarkan pengalaman hidup Panembahan Senopati (1587), pendiri Kerajaan Mataram, yang dikenal bersikap ksatria dan andap asor (rendah hati).
d. Ajaran dalam Hasta Brata.Menurut ajaran ini, seorang pemimpin harus bias melakoni 8 perilaku (yang disimbolkan dengan unsur alam), yakni:
1. Bumi (sifat murah hati),
2. Dahana/api (berani dan berwibawa)
3. Samudra (adil dan bijaksana)
4. Maruta/angin (ada di mana-mana, dekat dengan rakyat)
5. Angkasa (punya hati dan pikiran yang luas)
6. Surya/matahari (memberi energi kehidupan)
7. Candra/bulan (lembut)
8. Kartika/bintang (menjadi teladan dan pedoman)
e. Ajaran dari etnis Minang yaitu berupa konsep kepemimpinan “ditinggikan satu ranting, didahulukan satu langkah”, artinya seorang pemimpin dihormati bukan karena bisa bertindak semaunya. Sebab, kalau sampai bertindak salah, ia akan dihujat habis-habisan.
Namun nilai-nilai kepemimpinan lokal yang berdasarkan pada kearifan lokal seperti contoh di atas di popular di kalangan masayarakat. Hal ini menurt Tjahjono Soejodibroto disebabkan karena Indonesia tidak mempopulerkan nilai-nilai kearifan lokal sejak dini. Hal ini juga didukung karena tidak ada pihak yang menjabarkan secara serius dan mendalami istilah-istilah itu untuk kemudian dikaitkan dengan realitas yang ada. Factor pendukung lainnya adalah pemerintah yang tidak pernah serius memberi insentif untuk mengembangkan potensi nilai kearifan lokal ini hingga semua dibiarkan berjalan sendiri tanpa bantuan negara, dan nilai lokal tersebut tenggelam oleh nilai global yang bersifat kapitalis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Menjadi pemimpin pada hakikatnya tidak sulit, asal mengerti konsep-konsep kepemimpinan itu sendiri
2. Pemimpin yang baik minimal harus memiliki kriteria umum sebagai seorang pemimpin
3. Pada hakikatnya kepemimpinan adalah melayani. Karena kepemimpinan adalah pelayanan dan ketulusan
4. Pemimpin yang sejati adalah pemimpin yang memiliki sikap melayani dan ketulusan
5. Indonesia memiliki banyak nilai-nilai kearifan local yang dapat dijadikan nilai-nilai kepemimpinan yang baru.
3.2 Saran
1. Para calon pemimpin hendaknya harus tahu persis seperti apa sebenarnya kepemimpinan, sehingga pada saat menjadi pemimpin tahu bagaimana harus bersikap
2. Para pemimpin hendaknya benar-benar melaksanakan tugas dan wewenangnya. Sebab keberadaan pemimpin dalam suatu organisasi yang dipimpinnya akan lebih banyak bergantung pada keberadaan pemimpin.
DAFTAR PUSTAKA
1. M.Herujito, Yayat.2001.Dasar-dasar Manajemen.Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.
2. Alfian, M.Alfan.2009.Menjadi Pemimpin Politik.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
3. Sanborn,Mark.2008.Semua Orang Bisa Jadi Pemimpin.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
4. Salusu, J.1996.Pengambilan Keputusan Stratejik untuk Organisasi Publik dan Nonprofit.Jakarta:Gramedia Widiasarana Indonesia.
5. Goenawan,Goenardjoadi.2006.Mata Air untuk Dahaga Jiwaku(Perspektif Baru Dalam Mencapai Kesadaran Spiritual Bisnis).Jakarta:Elex Media Komputindo.
6. Kartakusumah,Berliana.2006.Pemimpin Adiluhung Genealogi Kepemimpiman Kontemporer.Jakarta:Teraju Mizan Publika
7. Kristo M,Thomas.2009.Suara Pemimpin.Jakarta:Elex Media Komputindo
8. Mardi Hartanto, Frans.2009.Paradigma Baru Manajemen Indonesia.Bandung:Mizan Utama
0 comments:
Post a Comment